• Orgasmeku

    • 469.083 kali

Kenapa Para Pria Suka Pelacur???

Posted by drbella pada Desember 24, 2007

Waktu jalan-jalan di pameran buku, saya melihat sepintas buku tebel
berjudul WHY MEN LIKE BITCHES. Judulnya sudah berbicara dengan sangat keras
dan jelas. Mengapa para pria pada suka pelacur? Yang jelas artinya bukan
suami-suami pada suka melacur beneran, tapi suami-suami suka isteri-isteri
yang memperlakukan mereka seperti pelacur memperlakukan client mereka.
Mereka diperlakukan dengan istimewa seperti seorang tamu, dilayani dengan
segenap hati, sekuat tenaga disertai kegairahan, memenuhi kebutuhan, selalu
stand by, melayani sesuai permintaan, tidak pernah mengeluh.

Saya ngga perlu baca isinya, tapi saya yakin judul itu akan sangat menolong
para isteri-isteri! If I were a wife, I’ll definitely buy that book!
Beneran, kalau saya seorang isteri saya harus beli buku itu, saya rasa itu
harus jadi buku panduan para isteri untuk belajar gimana “jadi pelacur”
untuk suami mereka (jika isteri-isteri sadar akan kekurangan mereka,
keteledoran mereka dalam melayani suami,kekurang-pedulian mereka terhadap
perasaan dan keinginan suami mereka, dan jika para isteri ini mau mengubah
keadaan pernikahan mereka yang sudah pada hambar). Coba lihat penampilan
pelacur, mereka bersolek, pake baju minim, pake parfum “keterlaluan” wangi,
seksi, mempesona, menggairahkan, genit, menggoda! Lalu si pria yang
diperlakukan begitu tentunya nggak mau cepet-cepet ilang kesempatan, jadi
dinikmati sepuasnya, maunya disenangkan lama-lama, nggak mau rugi, bo.

Banyak isteri-isteri yang mengeluh kepada saya katanya suami mereka
menurutnya udah nggak cinta lagi, mereka merasa diperlakukan seperti
sex-doll aja atau sex-slave. Kalau “main” maunya cepet-cepet, kalau “ngajak”
suka buru-buru atau quicky, kalau udah “gituan” langsung mendengkur.

Nah, gantian pria-pria juga memberikan jawabannya, katanya justru isteri
mereka yang nggak ngertiin mereka, tiap-tiap harinya mukanya cemberut dan
sikapnya nggak manis, kalau pas “main” nggak pernah mengeluarkan perkataan
yang membangkitkan; kalau “gituan” nggak mesra, nggak romantis, nggak
ekspresif.Pake daster melulu, nggak berdandan menarik, wangi, atau
menggairahkan. Hari-harinya cuman ngurus pekerjaan dan anak melulu tanpa
menjadikan suami mereka figur istimewa yang dibutuhkan, dilayani dengan
sepenuh hati. Melayani cuman karena memenuhi keinginan suami, setengah hati,
ogah-ogahan, maunya cepet selesai. Masih disertai mulutnya yang kalau
nyemprot pedesnya sampai nusuk ke tulang-tulang, sehingga mematikan gairah
seks pria.

Jadi akhirnya sang suami-suami ini juga tidak merasakan kenyamanan dalam
berhubungan. Para isteri pikir suami mereka ngga punya perasaan, sehingga
kalau ngomong asal keluar, nggak dipikir, sehingga terbawa juga sampai dalam
ati dan perasaan pahitnya terbawa sampai di ranjang. Akhirnya para
pasangan-pasangan ini merasa hambar dalam menjalani kehidupan berumah
tangga. Mereka saling bertanya dalam hati: “Dimanakah romantika cinta itu?”
“Apakah aku telah menikahi orang yang salah?” “Apakah Tuhan sebenarnya sudah
mempersiapkan orang lain untuk menikahiku?” “Apakah aku harus bercerai?”
Pertanyaan-pertanya an seperti ini sering diajukan oleh pasangan-pasangan
saat mereka masuk dalam gejolak rumah tangga, saat romantika bercinta
kelihatannya sudah padam dan tidak mungkin dibangkitkan kembali.Anda tidak
menikahi orang yang salah! Coba ingat bagaimana Anda meluap-luap dengan
perasaan cinta yang membara,bagaimana Anda tidak peduli dengan larangan
orang tua, bagaimana tiap hari Anda tidak sabar untuk berkencan dengannya,
tidak tahan ingin menggandeng tangannya,tidak sabar menanti hari pernikahan,
tidak sabar menanti para tamu undangan pulang ke rumah mereka agar Anda
masuk ke dunia fantasi hanya berdua dengannya
tidak ada yang lain?

Kemudian datanglah rutinitas rumah tangga yang mengambil keintiman kalian
berdua. Seharusnya Anda harus “waspada” dengan kehadiran anak-anak dan
urusan dengan mereka sehari-hari, waspada terhadap aktivitas rumah tangga
yang menyita jam-jam keintiman Anda, pekerjaan yang menyita, kebutuhan uang
yang tidak lebih penting daripada keintiman berdua, kebiasaan
kenyamanan berdua yang seharusnya dipertahankan agar tidak menjadi suatu
kebiasaan rutin yang membosankan. Pernikahan membutuhkan ekstra pekerjaan!
Jika Anda ingin mendapatkan kepuasan istimewa dari suatu hubungan, Anda
harus mengerjakannya dengan baik pula. Sebagaimana Anda ingin menjadi sukses
di dunia bisnis,Anda akan melakukan segalanya untuk mencapai targetitu
dengan segenap kekuatan Anda, mendobrak halangan-halangan yang menghadang,
menyingkirkan waktu-waktu lain yang tidak terlalu berharga dibanding dengan
kesuksesan, dan berjuang melakukan segalanya agar cita-cita Anda yang satu
ini dapat diraih.Apalagi jika Anda ingin memperoleh pernikahan “five star”,
Anda harus menyajikan menu high class, membuat tempat tidur berkelas hotel
bintang lima, menyajikan service yang memuaskan dan menghormati client Anda
selayaknya yang patut diterima oleh seorang yang datang dengan mengharapkan
pelayanan high class. Jika Anda menyediakan menu five star, maka Anda layak
mendapatkan upah yang seimbang, yaitu pernikahan five star!

Isteri-isteri, jangan lupa, “be a bitch” for your husband! Jangan takut
ditertawakan, jangan takut memulainya, jangan malu menyatakannya, jangan
malu untuk menggodanya, jangan gengsi untuk melayaninya, lakukanlah lebih
baik daripada sebelumnya. Anda segera akan mendapatkan tip tinggi dan
“client” Anda akan suka berkunjung dan menjadi pelanggan tetap di “hotel”
Anda.

Tinggalkan komentar